![]()
Pandemi COVID-19 belum berakhir. Banyak orang yang masih mewaspadai keberadaan virus ini, namun tak sedikit yang sudah acuh tak acuh. Semenjak presiden mengumumkan pemberlakuan new normal pada bulan Mei, seluruh lapisan masyarakat menyiapkan diri menjalani fase ini. Memang tidak mudah, namun pemerintah meyakinkan bahwa inilah solusi terbaik. Jalan tengah yang diambil untuk sedikit demi sedikit menangani masalah-masalah yang timbul akan adanya pandemi.
Kunci utama agar new normal berjalan efektif adalah adaptasi. Bisa dibayangkan, jika tidak pandai beradaptasi, betapa sulitnya menjalani hidup berdampingan dengan virus yang bisa mengancam jiwa?. Pasti sangat sulit. Namun, kembali lagi, adaptasi adalah kuncinya. Jika kita tidak pandai beradaptasi, kita akan ketinggalan. Pada fase new normal ini, jika tidak pandai adaptasi, kita akan sulit melawan pandemi COVID-19.
Kebiasaan-kebiasaan baru dilakukan seluruh masyarakat Indonesia sebagai bentuk adaptasi new normal. Adaptasi yang dilakukan masyarakat Indonesia selama adanya pemberlakuan new normal ada banyak, berikut penjelasannya.
Social Distancing
Menjaga jarak antar tiap individu adalah bentuk adaptasi yang dari awal adanya pandemi sudah diterapkan. Istilah social distancing langsung melejit karena adanya pandemi. Menjaga jarak minimal satu meter, diterapkan siapapun dan dimanapun. Saat sedang antri di kasir, saat sedang duduk di tempat umum, hingga mengendarai kendaraan, semua menerapkan social distancing.
Setiap kursi yang ada di tempat umum, diberi tanda agar bisa memberi jarak antara satu orang dengan orang lainnya. Di dalam ruangan tertutup, kapasitas penghuni ruangan dibatasi. Penumpang kendaraan roda empat juga dibatasi, begitu juga kendaraan umum lainnya. Tidak boleh ada orang yang berkerumun untuk melaksanakan sebuah acara.
Pada awalnya, masyarakat sangat sulit untuk menerapkan hal ini. bukan karena sulit dilakukan, namun karena belum menjadi kebiasaan. Lama kelamaan, penerapan social distancing dirasa sudah bisa dipatuhi oleh kebanyakan masyarakat. Masyarakat mulai sadar akan pentingnya social distancing untuk menurunkan angka penyebaran COVID-19. Menjaga jarak sosial dengan orang menjadi langkah strategis yang bisa dilakukan.
Menggunakan Masker
Hal paling utama dari mencegah penyebaran virus adalah dengan menggunakan masker. Kebiasaan menggunakan masker jika keluar rumah, sepertinya sudah menjadi kebiasaan yang melekat pada setiap orang. Para ahli menghitung, masker bisa mencegah lebih dari 78.000 kasus Covid-19 di Italia pada 6 April-9 Mei 2020, dan lebih dari 66.000 kasus Covid-19 di New York pada 17 April-9 Mei 2020. Berdasarkan penelitian tersebut, Indonesia mengadaptasi kebiasaan menggunakan masker demi mencegah penyebaran virus.
Penyebaran virus secara droplet, memang bisa dicegah dengan menggunakan masker. Masker dapat mencegah tersebar dan menyebarnya virus. Kebiasaan menggunakan masker ini memang perlu penyesuaian panjang. Di beberapa daerah di Indonesia, banyak orang yang menolak penggunaan masker., dengan alasan mengekang kebebasan. Begitulah adaptasi, proses yang memerlukan waktu lama untuk penyesuaian.
Hampir di semua tempat, menggunakan masker adalah kewajiban. Saat ini banyak tempat yang dengan tegas tidak mengizinkan seseorang masuk jika tidak menggunakan masker. Masker menjadi barang yang sangat penting digunakan sebagai usaha memerangi pandemi.
Kebersihan Diri
Virus akan mudah menyerang jika kebersihan tidak terjaga. Penggunaan hand sanitizer dan rajin mencuci tangan adalah kebiasaan baru yang wajib diterapkan saat fase new normal. Lagi-lagi, kebiasaan ini memang perlu penyesuaian untuk diterapkan. Bentuk adaptasi untuk menjaga kebersihan adalah dengan membawa hand sanitizer kemanapun pergi.
Di setiap akses masuk ke sebuah tempat, pasti disediakan wastafel beserta sabunnya untuk cuci tangan. Masyarakat mulai sedikit demi sedikit mengubah kebiasaannya. Jika sebelum adanya pandemi jarang mencuci tangan setelah berpergian, saat ini selalu mencuci tangan. Mandi setelah berpergian atau bertemu dengan banyak orang juga menjadi kebiasaan baru.
Semua dilakukan demi menghindari virus disekeliling kita. Lebih memperhatikan etika saat bersin dan batuk di tempat umum juga bentuk adaptasi new normal. Mengetahui bahwa virus bisa ditularkan secara droplet (melalui percikan), bersin dan batuk tidak boleh sembarangan.
Tes Kesehatan
Dilansir dari merdeka.com, kasus positif corona di Indonesia rata-rata bertambah sebanyak 3000 kasus perhari. Angka tersebut masih tinggi. Tes kesehatan, baik dengan rapid test atau swab test mulai marak diselenggarakan demi mencegah sedini mungkin penyebaran virus. Kebiasaan baru untuk memberanikan diri melakukan tes kesehatan, mulai dijalankan oleh masyarakat. Banyaknya klinik atau lembaga yang ditunjuk pemerintah untuk melakukan tes, merupakan implementasi dari adaptasi new normal.
Tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak masyarakat yang takut melakukan tes. Wajar saja, jika dinyatakan positif, maka harus dirawat. Begitulah keadaan saat ini. Semua harus siap beradaptasi dengan aturan yang berlaku. Jika dirasa perlu melakukan tes, sebaiknya lakukan saja. Adaptasi ini memang tidak mudah, tapi itulah hal terbaik yang bisa dilakukan.
Kepatuhan Masyarakat
Penerapan new normal dapat menjadi penilaian akan kepatuhan masyarakat. Semua orang harus bisa beradaptasi dengan keadaan ini. Mau tidak mau, siap tidak siap, inilah yang harus dihadapi. Peraturan yang semakin longgar, memang memberi kesempatan bagi virus ini untuk mudah menyebar. Solusinya adalah kepatuhan akan aturan-aturan yang sudah diterapkan. Jika adaptasi new normal sudah mulai melekat pada diri sendiri, virus corona bisa hilang perlahan lahan. Negara-negara tetangga, seperti Korea sudah bisa menekan angka kasus positif dikarenakan patuh akan aturan yang berlaku. Indonesia juga pasti bisa seperti Korea, jika penerapan aturan-aturan new normal terus dijalankan. Virus tidak akan pergi begitu saja, apabila kita tidak menjaga diri dengan baik. Semoga segala usaha yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat dapat sesuai dengan tujuan awal, menekan angka kasus COVID-19. Pandemi ini akan berakhir jika semua pihak menerapkan segala aturan yang ada selama new normal. Kita harus adaptif dengan kebiasaan baru yang ada supaya bisa menjalani hidup lebih baik kedepannya.
Oleh: Raja Awwalu Zikri
Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis FISIP Universitas Malikussaleh, Mengikuti Program KKN Penulisan Karya Pengabdian (KKN-PKP) Dibawah bimbingan dosen pembimbing lapangan Ibu Sayni Nasrah, S.Pd, M.Pd
The post Adaptasi New Normal di Indonesia appeared first on BARANEWS ACEH.